Lembaga survei Indikator Politik Indonesia merilis hasil penghitungan cepat (quick count) suara sementara pasangan Calon Gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta 2017-2022. Dalam quick count itu memperlihatkan bahwa pasangan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat unggul dengan angka 43,01 persen.
Sementara pasangan nomor urut tiga, Anies Rasyid Baswedan-Sandiaga Salahuddin Uno berada di posisi kedua dengan perolehan suara 39,66 persen dan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni mendudiki hanya mendapat 17,33 persen.
Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi mengatakan, performance Agus dalam debat Pilkada DKI Jakarta 2017-2022 tak dapat meyakinkan pemilih, khususnya di kalangan masyarakat yang menolak Ahok.
"Faktor debat ini signifikansinya kuat sekali. Ketika Agus tidak mampu cukup perform terutama dalam debat-debat, kemudian sebagian pemilihnya migrasi ke Anies," ujar Burhanuddin di kantor Indikator Politik Indonesia,
Menurut Burhanuddin, bagi sebagian masyarakat yang puas dengan kinerja Ahok namun secara etnis dan agama berbeda memiliki dua pilihan alternatif. Akan tetapi, masyarakat tak hanya menilai dari segi agama, tapi juga melihat nilai tambah yang ada dalam diri pasangan calon.
"Pasca debat pertama, suara yang mengatakan Anies lebih unggul ketimbang Agus dalam debat itu selalu lebih tinggi. Jadi memang bukan persoalan yang mudah, kalau kemudian muncul kecanggungan, wajar," jelas Burhanuddin.
Selain itu, kata Burhanuddin, pasangan Agus-Sylvi salah mendiagnosa fungsi debat dan serangan kepada pasangan Ahok-Djarot yang dilakukan secara masif. Burhanuddin mengatakan, kubu Agus-Sylvi terlalu mengunderestimate faktor debat. Padahal, survei Indikator Politik Indonesia pasca debat pertama dan kedua menemukan, 87 persen warga menganggap debat penting dalam menentukan pilihan.
"Sebelum debat petama dan kedua beberapa kali ada penolakan dari kubu Agus dengan menyatakan debat tidak ada fungsi elektoratnya," ujarnya.
Selain itu, baku serang antara pasangan Agus-Sylvi dengan Ahok-Djarot malah membuat pendukung mengalihkan pilihannya ke Anies-Sandi.
Adapun peneliti Indikator Politik Indonesia Rizka Halida menjelaskan, terdapat dua faktor yang mendongkrak keunggulan Ahok-Djarot. Berdasarkan survei yang dilakukan pada 2-8 Februari 2017, kinerja petahana dan isu dugaan penistaan agama menjadi faktor yang dapat mengubah pilihan masyarakat terhadap Ahok-Djarot.
"Itu signifikan membuat orang meninggalkan pasangan Ahok-Djarot. Kalau orang mengatakan Pak Ahok menista agama, maka orang cenderung beralih ke pasangan lain. Sementara kalau orang yang mengatakan Ahok tidak menista agama, maka memilih Ahok-Djarot," jelasnya
Sumber >> pilkada.tempo.co
Tidak ada komentar:
Write komentar