Jumat, 30 Desember 2016
Hot News MERINDING...MASUK NERAKA HANYA DIKARENAKAN AIR WUDHU?Berita Aktual
Berikut ini yakni cerita tentang dua orang dengan keadaan yang kontras : seorang lelaki kaya raya dan wanita bapak. Dalam setiap harinya juga, keduanya tampak sekian tidak sama. Sang lelaki hidupnya padat oleh kesibukan duniawi, sebentar wanita yang miskin itu malah memakai waktunya untuk selalu melaksanakan ibadah.
Kesungguhan dan kerja keras lelaki itu membawanya pada kemapanan ekonomi yang diinginkan. Kekayaannya tak ia nikmati sendiri. Keluarga sebagai tanggung jawabnya rasakan dampak ketercukupan karena jerih payahnya. Lelaki ini tengah berkerja untuk kepentingan rumah tangga dan pendidikan anak-anaknya.
Nasib lain dihadapi si wanita miskin. Sebagian tetangganya tak dapatkan harta apapun ditempat tinggalnya. Kecuali satu bejana dengan persediaan air wudhu di dalamnya. Ya, untuk wanita taat ini, air wudhu jadi kekayaan yang membanggakan walaupun hidup masih tetap pas-pasan. Bukanah kesucian menjadikan melaksanakan ibadah kita lebih diterima dan khidmat? Dan karenanya menjanjikan balasan yang lebih lebih agung dari sekedar kekayaan duniawi yang fana ini?
Syekh Abdul Wahhab Asy-Sya�rani dalam kitab al-Minahus Saniyyah
bercerita, satu saat ada seseorang yang mengambil wudhu dari bejana punya wanita itu. Lihat
hal demikian, si wanita berbisik dalam hati, �Kalau air itu habis, lalu bagaimana saya akan berwudhu untuk menunaikan sembahyang sunnah nantinya malam? �
Apa yang tampak dengan cara lahir tak selalu perlihatkan keadaan sebenarnya. Diceritakan, setelah meniggal dunia, keadaan keduanya jauh berbeda. Sang lelaki kaya raya itu memperoleh kesenangan surga, sesaat si wanita ayah yang taat melakukan beribadah itu jadi masuk neraka. Apa pasal?
Lelaki hartawan itu terima kemuliaan dikarenakan sikap zuhudnya dari gemerlap duniawi. Kekayaannya yang banyak tak lantas membuatnya larut dalam kemewahan, cinta dunia, serta kebakhilan.
Apa yang dimilikinya semata untuk keperluan hidup, mendukung situasi untuk mencari ridla Allah.
Pandangan hidup semacam ini tak dimiliki si wanita. Hidupnya yang serbakekurangan jadi menjerumuskan hatinya pada cinta kebendaan. Buktinya, ia tidak bisa merelakan orang lain berwudhu dengan airnya, walaupun dengan argumen untuk melakukan beribadah.
Ketidakikhlasannya yakni petunjuk bila ia miskin tidaklah karena terlepas dari cinta kebendaan namun �dipaksa� oleh keadaan.
Syekh Abdul Wahhab Asy-Sya�rani menjelaskan dalam kitab yang sama bila zuhud yakni meninggalkankecenderungan hati pada kesenangan duniawi, tetapi tidaklah berarti mengosongkan tangan dari harta meskipun. Semua kekayaan dunia direngkuh untuk penuhi kandungan kepentingan dan memaksimalkan keadaan untuk melakukan beribadah kepada-Nya.
Nasehat ulama sufi ini bisa berlaku kebalikannya. Untuk cinta dunia, seseorang tak mesti jadi kaya raya terlebih dahulu. Karena zuhud memang mempunyai urusan dengan hati, tidaklah lewat cara instan dengan alam bendawi. (Mahbib)
semoga ini menjadikan kita i'tibar dan selalu bertafakkur,sesuatunya kita kembalikan pada allah karna dialah yg mengatur segala mahluq dan alam semesta.
sumber: http://sumberterpercaya1.blogspot.com/
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Write komentar