Calon gubernur DKI Jakarta nomor pemilihan dua Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok mengaku bersyukur sudah terjun ke dunia politik sejak masih di Belitung Timur. Di daerah kelahirannya itulah Ahok menyebut dirinya mulai terbiasa diserang dengan isu-isu berbau suku, agama, ras dan antar golongan (SARA).
Ia bercerita bahwa pernah ada salah seorang ustaz di Belitung Timur yang pernah membelanya selama ia menjabat sebagai Bupati Belitung Timur pada 2006.
Saat itu, kata Ahok, ustaz tersebut dikritik oleh warga kenapa membela Ahok yang berstatus nonmuslim, sedangkan mayoritas penduduk muslim beragama Islam.
"Dia (ustaznya) bilang, muslim akan maju kalau dipimpin oleh orang yang walaupun belum dapat hidayah tapi memenuhi syarat," kata Ahok.
Ia menyampaikannya saat menghadiri acara "Pembekalan Penggerak Militan Wanita Ka'bah yang diadakan DPP PPP Kubu Djan Faridz, di Jalan Talang, Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (29/1/2017).
Sebelumnya, saat acara yang sama, seorang mubaligh sempat menyampaikan empat sifat Nabi Muhammad, yakni shiddiq (benar), amanah (bisa dipercaya), tabligh (menyampaikan), dan fathonah (cerdas).
Ahok menyebut ustaz yang mendukungnya itu juga punya harapan agar dirinya bisa masuk Islam. Hal itulah yang disebut Ahok disampaikan ustaz tersebut kepada warga yang mengkritiknya.
"Kita perlu doakan supaya Ahok dapat hidayah. Makanya kalau ada acara-acara (keagamaan) Ahok diundang. Jangan dimusuhin," ujar Ahok, menirukan ucapan ustaz itu.
Dalam acara yang diadakan DPP PPP, Ahok juga sempat menceritakan saran seorang koleganya yang menyarankannya untuk masuk Islam jelang Pilkada DKI 2017.
Ia menyebut orang yang menyarankannya itu menganggap dengan masuk Islam, maka akan semakin mudah bagi Ahok untuk memenangi Pilkada. Namun, Ahok mengaku menolak saran tersebut. Karena ia menilai sama saja dengan menggunakan agama untuk kepentingan politik.
"Pura-pura mualaf demi jadi gubernur, ngeri saya. Mending apa adanya. Kan kekuasaan Tuhan yang ngasih," kata Ahok disambut tepuk tangan peserta acara.
sumber: http://megapolitan.kompas.com/
sumber: http://megapolitan.kompas.com/
Tidak ada komentar:
Write komentar